____________________________________

____________________________________________________

Lebih Baik Jadi Pengangguran Daripada Jadi Karyawan Seumur Hidup (1)


Pada Usia berapa Anda menetapkan diri Anda untuk PENSIUN?

Pertanyaan ini bagi sebahagian orang akan sulit untuk dijawab. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah karena banyak diantara kita yang terlena dan nyaman menjadi (maaf) kuli  seumur hidupnya. Padahal dengan penghasilan yang pas-pasan disaat usia pensiun dipastikan beban kehidupan akan semakin meningkat, salah satunya dikarenakan kondisi kesehatan yang semakin tidak stabil dan mudah mengalami sakit karena usia. Ya, jika saja kita menjadi seorang pegawai negeri sipil (pns), kita bisa mendapatkan dana pensiun diakhir hayat kita. Bagaimana jika Anda adalah seorang karyawan swasta dan jelas-jelas kelas rendahan, darimana Anda mendapatkan uang atau dana pensiun?, tolong tanyakan itu dalam hati Anda dan jawablah dengan jujur, tidak usah berbohong dan cukup Anda sendiri yang tahu jawabannya.

Rata-rata umur manusia pada saat sekarang ini hanya sampai usia 65 tahun dan akan kembali menghadap Sang Khalik, ALLAH SWT. Coba saja kita hitung-hitung usia kita yang rata-rata memulai untuk bekerja diusia 25 tahun dan usia pensiun seorang karyawan swasta adalah 55 tahun, maka selama 30 tahun kita mengabdi pada sebuah perusahaan dengan sedikit waktu mengabdi dan beramal untuk TUHAN, itupun tidak akan fokus/khusyu' karena kita disibukkan dengan berbagai macam hal, termasuk mengejar kenaikan jabatan dan status, waktu kita akan banyak tersita untuk perusahaan yang kita cintai tapi yakinlah... perusahaan tak akan mencintai kita. Pada 10 tahun menjelang kematian kita setelah pensiun, kitapun tetap tidak akan mampu beribadah dengan khusyu' karena kita akan tetap mencari uang untuk memenuhi kebutuhan kita dihari tua.  Konon lagi memberikan waktu khusus untuk keluarga yang katanya kita cintai.

Negeri kita tercinta INDONESIA ini hanya akan menjadi negara tua yang tak memiliki apa-apa di tahun-tahun mendatang jika saja paradigma berpikir manusianya tidak berubah mulai dari sekarang. Manusia Indonesia sebahagian besar bermental kuli karena dihasilkan oleh kurikulum pendidikan berbasis kuli, hanya mementingkan hafalan dan keseragaman dengan sedikit aktifitas kreatif. Sehingga menghasilkan manusia-manusia yang tangguh untuk seragam menjadi kuli.

Saudaraku, kembali pada masalah dana pensiun yang kita bicarakan di atas. Bagaimana kalau Anda saya ajak untuk sedikit lebih bijak dan mau mengubah paradigma berpikir kita, jika saja rata-rata usia bekerja dimulai pada usia 25 tahun dan pada saat yang bersamaan kita juga membangun bisnis kita sendiri dengan keseriusan, percayalah pada saat usia 35 tahun atau setelah 10 tahun kita bekerja, kita dapat mengajukan permohonan pensiun dini dari perusahaan tempat kita bekerja, karena usaha milik kita sudah dapat kita andalkan untuk menopang hidup kita. Disisi lain, kita juga menolong orang lain sebab orang lain akan menggantikan posisi kita diperusahaan yang telah kita tinggalkan. Bayangkan dan bandingkan, jika saja kita bekerja sampai usia pensiun disebuah perusahaan, kita hanya menyisakan 10 tahun usia kita untuk beramal pada TUHAN dan berkumpul dengan keluarga, sementara jika saja dibandingkan dengan kita bekerja di sebuah perusahaan dan dalam waktu yang bersamaan kita juga membangun bisnis kita sendiri, setelah 10 tahun kitapun pensiun. Maka waktu kita yang tersisa untuk beramal pada TUHAN akan jauh lebih banyak dan kitapun akan memiliki waktu yang lebih lama untuk dapat berkumpul bersama keluarga.

TUHAN akan selalu memberi apa-apa yang diminta oleh umat-Nya, bila saja umat-Nya selalu berprasangka baik kepada-Nya. Mulai sekarang, buka pikiran Anda untuk memulai sebuah bisnis demi masadepan Anda dan orang-orang yang Anda cintai. Bertindaklah, untuk meraih kemerdekaan finansial.

Inspirasi Bisnis :

Tuhan Menghendaki Kita Kaya

Mari kita simak kisah ilustrasi seorang TUKANG BAKSO yang hanya tamatan SD, tapi lulus "The life University" sehingga mampu "Belajar dari jalan kehidupan" yang berdampak positif terhadap pencapaian "financial freedom" setelah bekerja hanya lebih kurang 5 tahun saja, dengan "passive income" Rp. 9 juta/bulan !!!

Gerobak Bakso ke-1 :
Seorang tukang bakso memiliki gerobak bakso dengan penghasilan bersih Rp. 60,000/hari (bekerja dari pagi hingga larut malam). Biaya hidupnya sekitar Rp. 30,000/hari. Lalu ia berjuang untuk konsisten menabung Rp. 30,000/hari. Dalam tempo 400 hari, ia mampu membeli gerobak bakso kedua yang harganya Rp. 12 juta/unit.

Gerobak Bakso Ke-2 :
Ia sewakan gerobak bakso keduanya dengan tarif Rp. 30,000/hari. Sementara ia tetap jualan bakso pertamanya. Sekarang ia bisa menabung Rp. 60,000/hari. Dalam tempo 200 hari, ia mampu membeli gerobak bakso ketiga.

Gerobak Bakso Ke-3 :
Ia sewakan gerobak bakso ketiganya, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp. 90,000/hari. Dalam tempo 134 hari, ia membeli gerobak bakso ke-4.

Gerobak Bakso Ke-4 :
Ia sewakan gerobak bakso keempatnya, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp. 120,000/hari. Dalam tempo 100 hari, ia membeli gerobak bakso ke-5.

Gerobak Bakso Ke-5 :
Ia sewakan gerobak bakso kelimanya, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp. 150,000/hari. Dalam tempo 80 hari, ia membeli gerobak bakso-6.

Gerobak Bakso Ke-6 :
Ia sewakan gerobak bakso keenamnya, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp. 180,000/hari. Dalam tempo 67 hari, ia membeli gerobak bakso ke-7.

Gerobak Bakso Ke-7 :
Ia sewakan gerobak bakso ketujuhnya, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp. 210,000/hari. Dalam tempo 57 hari, ia membeli gerobak bakso ke-8.

Gerobak Bakso Ke-8 :
Ia sewakan gerobak bakso kedelapannya, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp. 240,000/hari. Dalam tempo 50 hari, ia membeli gerobak bakso ke-9.

Gerobak Bakso Ke-9 :
Ia sewakan gerobak bakso tersebut, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp. 270,000/hari. Dalam tempo 45 hari, ia membeli gerobak bakso ke 10.

Gerobak Bakso Ke-10 :
Ia sewakan gerobak bakso kesepuluhnya, sehingga sekarang ia mampu menabung Rp. 300,000/hari. Dalam tempo 40 hari, ia membeli gerobak bakso lagi.


Setelah memiliki gerobak bakso yang ke-10, ia berhenti berjualan bakso. Ia sewakan gerobak bakso pertamanya ke orang lain. Ia lalu menggaji seorang "mandor bakso" untuk mengurusi ke-10 gerobak baksonya. IA PENSIUN. Kini ia menikmati penghasilan Rp. 300,000/hari, atau Rp. 9 juta/bulan (sebelum potong gaji sang mandor bakso). Jika ditotal semua usahanya tersebut hanya dicapai dalam tempo 3,2 tahun saja.

Sahabatku yang selalu optimis,
Tentu saja ini cuma sebuah ilustrasi, dengan menarik garis lurus dari sebuah bisnis. Katakanlah dalam tempo lima sampai sepuluh tahun (bukan 3,2 tahun seperti dalam ilustrasi), sang PENJUAL BAKSO mampu mencapainya. Ini LOGIS, dan bisa terjadi.
Berapa banyak TUKANG BAKSO di dunia yang seperti itu? Mungkin 1 banding 10 juta. Tetapi ADA khan !!!.
Berapa banyak TUKANG BAKSO di dunia yang tetap menjadi tukang bakso seumur hidupnya dan terus hidup susah ? Jawabannya sudah pasti banyak sekali.

Kalau kita mau jujur pada diri sendiri, banyak diantara kita tamatan S1, S2, dan S3 atau apapun lulusannya, namun tidak lulus "The Life University", sehingga tidak mampu "Belajar dari jalan kehidupan". Sehingga, masih harus bergelut dengan kesibukan mencari nafkah setiap hari. Bahkan, banyak diantara kita puluhan tahun bekerja di perusahan dan setelah pensiun, tetap saja bergelut mencari nafkah, dan tetap masih kekurangan. Kemudian bandingkan dengan "TUKANG BAKSO" yang hanya tamatan SD, namun lulus "The Life University", kontras sekali bukan. Semoga bisa jadi renungan kita bersama.
 
(BERSAMBUNG... Bagian 2)
Read More!

Mulailah Dengan Cara Meniru

Lihat-lah seorang bayi mungil yang belum mampu berbuat apa-apa kecuali menangis dan belum mengetahui apa-apa tentang kehidupan, ia masih sangat bergantung pada orang tuanya.

Namun, lambat laun hari berganti hari, minggu demi minggu si bayi kecil itu sedikit demi sedikit mengalami perkembangan, baik secara fisik maupun mental psikologi. Bayi mungil ini mulai belajar sesuatu dari lingkungan sekitarnya, ia belajar dari orang tuanya ataupun orang yang mengasuhnya. Si mungil akan semakin banyak mengalami perkembangan ketika ia membuka diri untuk meniru gerak-gerik atau tingkah laku orang-orang yang berada di sekitarnya. Bayi normal akan selalu belajar dengan cara melihat dan menirukan apa-apa yang dilakukan orang yang berada disekitarnya. Fase demi fase yang dilalui bayi mungil hingga ia menjadi manusia dewasa tidak pernah luput dari pekerjaan meniru. Jika Anda tidak percaya, coba renungkan apa-apa yang telah Anda lakukan selama ini, apakah Anda tidak meniru siapapun?.

Meniru-Lah Untuk Sukses

Sudah kita sadari bahwa proses hidup kita dipenuhi dengan pekerjaan meniru, mengapa itu tidak kita lakukan untuk mendapatkan hal yang terbaik bagi diri kita sendiri maupun orang yang kita cintai. Cari orang yang Anda Anggap bisa menjadi panutan Anda, dan tirulah semua yang dilakukannya. Anda akan mendapatkan hasil yang tidak akan jauh berbeda dengan orang yang Anda tiru.
Misalkan saja Anda ingin memulai sebuah bisnis online, cari dan temukan orang yang telah sukses dibisnis ini sebelumnya, lalu tiru dan lakukan semua yang telah dilakukan oleh orang tersebut, percaya-lah Anda pun akan meraih sukses seperti orang yang telah Anda jadikan contoh. Atau Anda memiliki uang dan ingin berinvestasi dalam bentuk valas/valuta asing (forex) yang memiliki nilai transaksi hingga trilyunan dollar Amerika perhari di seluruh dunia, lalu Anda cari dan temukan orang yang telah lebih dulu sukses dalam bisnis ini. Tiru-lah apa yang dilakukannya. Apapun yang ingin Anda lakukan dan Anda ingin sukses dalam melakukannya, cari dan temukan orang yang bisa menjadi panutan Anda, tiru-lah dan Anda sukses. Anda ingin kaya, cari dan temukan orang yang telah lebih dahulu kaya. Anda ingin hidup lebih sehat, cari dan temukan orang yang mampu menjaga kesehatannya. Intinya adalah, apapun keinginan Anda dan Anda ingin melakukannya dengan sukses, maka cari dan temukan figur yang dapat Anda jadikan --panutan sukses--, jadilah seorang bayi mungil yang siap meniru untuk berhasil, itu saja. Tiru dan Lakukan--Action. Buka diri untuk siap meniru kesuksesan orang lain.
Read More!